Kamis, 19 Juni 2014

Induktif dan Deduktif

Induktif dan Deduktif
Bicara mengenai Induktif dan Deduktif itu merupakan pengetahuan yang berkaitan dengan penalaran tiap orang. Penalaran merupakan suatu proses berfikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilakan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berfikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan yang dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berfikir secara sahih”.[1]

Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan namun untuk sesuai dengan tujuan studi yang memusatkan diri kepada penalaran ilmiah, kita akan melakukan penelaahaan yang sakasama hanya tergadap dua jenis cara penarikan kesimpulan, yakni logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan di pihak lain, kita mempunyai logika deduktif, yang membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual ( khusus ).

Induksi merupakan cara berfikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran induktif dimulai dengan mengmukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Katakanlah kita mempunyai fakta bahwa kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, demikian juga singa, kucing dan berbagai binatang lainnya. Dari kenyataan-kenyataan ini kita dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum yakni semua binatang mempunyai mata. Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya sebab mempunya dua keuntungan. Keuntungan yang pertama ialah bahwa pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis. Kehidupan yang beraneka ragam dengan berbagai corak dan segi dapat direduksikan menjadi beberapa pernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah merupakan koleksi dari berbagai fakta melaikan esensi dan fakta-fakta tersebut. Demikian juga dalam pernyataan mengenai fakta yang dipaparkan, pengetahuan tidak bermaksud membuat reproduksi dari objek tertentu, melainkan menekankan kepada struktur dasar yang menyangga ujud fakta tersebut. Pernyataan yang bagaimanapun lengkap dan cermatnya tidak bisa mereproduksikan betapa manisnya semangkuk kopi atau pahitnya sebutir pil kina. Pengetahuan cukup puas dengan pernyataan elementer yang bersifat kategoris bahwa kopi itu manis dan pil kina itu pahit. Pernyataan seperti ini sudah cukup bagi manusia untuk bersifat fungsional dalam kehidupan prkatis dan berfikir teoritis.

Keuntungan yang kedua dari pernyataan yang bersifat umum adalah dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun secara deduktif. Secara induktif maka dari berbagai pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan pernyataan yang bersifat lebih umum lagi. Umpanya melanjutkan contoh kita terdahul, dari mempunyai mata, dapat ditarik kesimpulan bahwa semua makhluk mempunyai mata. Penalaran seperti ini memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis yang mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang makin lama makin bersifat fundamental.

Penalaran deduktif adalah kegiatan berfikir yang sebaliknnya dari penalaran induktif. Deduksi adalah cara berfikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berfikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang di dapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut. Dari contoh kita sebelumnya kita dapat membuat silogisme sebagai berikut.

Semua makhluk mempunyai mata                                           (Premis Mayor)
Si Polan adalah seoranng makhluk                                            (Premis Minor)
Jadi si Polan mempunyai mata                                                   (Kesimpulan)

Kesimpulan yang diambil bahwa si polan mempunyai mata adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis yang mendahuluinya. Sekiranya kedua premis yang mendukungnya adalah benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan ynag ditariknya juga adalah benar. Mungkin saja kesimpulan itu salah, meskupun kedua premisnya benar, sekiranya cara penarikan kesimpulannya adalah tidak sah.[2]

[1] William S. Sahakian dan Mabel Lewis Sahakian, Realism of Philosoph (Chambridge, Mass, : Schenkman, 1965), hlm. 3.
[2] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2009). Hlm. 46-49

KEBUDAYAAN CIREBON

Cirebon sebagai daerah pantai Utara Pulau Jawa bagian Barat dalam konteks sejarahnya terbukti mampu melahirkan kebudayaan yang berangkat dari nilai tradisi dan agama. Tak pelak kesenian yang mengiringi kebudayaan Cirebon memasukkan unsur-unsur agama di dalamnya. Dalam kaitan ini kesenian yang pada mulanya merupakan sarana dakwah agama (Islam) menjadi semacam oase di padang gurun. Betapa tidak. Syekh Syarif Hidayatullah yang juga dikenal dengan nama Sunan Gunungjati bermukim di Cirebon mengembangkan agama melalui pendekatan kultural.



Kebudayaan Cirebon yang bukan Jawa dan bukan Sunda itu akhirnya memiliki ciri khas sendiri. Yakni adanya keberanian untuk mengadopsi nilai lama dengan nilai baru (saat itu) saat agama Islam mulai diajarkan Sunan Gunungjati. Dalam pentas kesenian panggung, asimilasi budaya terlihat jelas. Nilai budaya masyarakat pantai dipadukan dengan nilai agama. Tak heran jika kenyataan ini mengundang nilai tambah yang patut disyukuri. Artinya postmodernis sudah berlangsung dalam kesenian tradisi Cirebon. Keberanian seniman tradisi memasukkan unsur baru (ajaran agama Islam) pada kesenian lokal agaknya sepadan dengan nilai posmo.



BUDAYA Cirebon yang kabarnya merupakan budaya serapan Jawa (Kerajaan Mataram) dan Sunda (Kerajaan Sunda Kalapa) itu menempati posisi unik. Dua budaya besar di pulau Jawa itu bertemu di Cirebon. Budaya serapan itu pun makin lengkap bersintesa dengan spiritualitas Islam. Inilah keberbagaian budaya Cirebon. Dan keberbagaian tadi mengisi ruang kesenian lokal. Dari sinilah kemudian muncul seniman rakyat. Seniman yang asik berkarya tanpa terpaku pada intruksi sutradara, sementara ketika tidak manggung mereka menjalani profesi kesehariannya.



Masalah yang terus mengganjal dalam perkembangan budaya Cirebon antara lain (dan ini yang terkuat) ialah keengganan para pemilik kebudayaan itu memelihara dan merasa nyaman dengan kebudayaannya. Kini generasi muda banyak berpaling ke budaya lain yang lebih instan serta kurang mampu mencintai kebudayaannya sendiri. Budaya-budaya instan lengkap dengan berbagai kemudahan dan aksesorinya memukau sejumlah anak muda. Ciri tersebut tampak pada ketidakmampuan berbahasa Cirebon, dan jika mampu itu pun hanya sebatas bahasa pergaulan yang dikenal dengan istilah bagongan. Kirik dan ketek, serta ira dan isun tanpa mengenal kosa kata halus memang masih ada dan terdengar dalam percakapan anak-anak muda. Namun sama sekali abai dengan keseniannya, dan lebih luas dengan kebudayaannya sendiri yang telah mengalami berbagai hantaman zaman. Anak-anak muda telah berpaling ke budaya pop.



Jikalau keadaan ini tidak segera dibenahi, ada kekhawatiran anak-anak muda itu akan terasing dari kebudayaannya. Dan segera setelah itu mereka akan beranggapan bahwa budaya Cirebon cukuplah diletakkan di museum, atau sekadar ada ketika dibincangkan budayawan tua di ruang seminar. Keterasingan terhadap kebudayaan sendiri pada gilirannya akan menghempas kebudayaan pada kondisi yang menguntungkan. Kebudayaan bagai sebuah nilai lama yang layak ditinggalkan lantas digantikan kebudayaan baru yang lebih mampu menawarkan subjektivitas.







ACARA ADAT ISTIADAT CIREBON



Ritual mapag sri misalnya. Sesaat menjelang menanam padi di sawah, para petani mempersembahkan rasa syukur kepada Tuhan karena alam telah demikian berdamai memberikan panen. Dewi Sri sebagaimana diketahui adalah penjelmaan dewi padi yang bertugas antara lain menyuburkan tanah pertanian sehingga padi tumbuh dengan sempurna. Adaptasi budaya Hindu dengan ajaran Islam sebelum menanam padi, kini semakin jarang terlihat. Teknologi dan mesin telah menyingkirkan mapag sri.



Panjang Jimat Tradisi Maulid Nabi di Keraton Cirebon Sejak zaman Khalifah Sholahudin Al Ayubi 1993 M, peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau maulid Nabi kerap di istimewakan. Tujuannya, tidak lain untuk mengenang dan selalu meneladani nabi Muhammad SAW.







KARYA SENI KHAS CIREBON



 Batik Trusmi Cirebon merupakan batik khas dari daerah trusmi di Cirebon. Motif mega mendung merupakan motif yang paling diminati dan paling populer.



Glass Painting atau Lukisan Kaca Adalah seni melukis diatas permukaan kaca, dimana pelukis langsung melukis dipermukaan gelas/cermin atau media kaca.



KULINER KHAS CIREBON



Nasi Jamblang adalah makanan khas dari Cirebon, Jawa Barat. Nama Jamblang berasal dari nama daerah di sebelah barat kota Cirebon tempat asal pedagang makanan tersebut. Ciri khas makanan ini adalah penggunaan daun Jati sebagai bungkus nasi. Penyajian makanannya pun bersifat prasmanan.



Empal gentong adalah makanan khas masyarakat Cirebon, Jawa Barat. Makanan ini mirip dengan gulai (gule) dan dimasak menggunakan kayu bakar (pohon mangga) di dalam gentong (periuk tanah liat). Daging yang digunakan adalah usus, babat dan daging sapi. 







Tahu Gejrot adalah makanan khas Cirebon, Indonesia. Tahu gejrot terdiri dari tahu yang sudah digoreng kemudian dipotong agak kecil lalu dimakan dengan kuah yang bumbunya cabe, bawang merah, gula. Biasanya disajikan di layah kecil. atau coet, biasanya pedagang menjajagan dagangannya dengan menggunakan sepeda



Daftar Pustaka :







http://sosbud.kompasiana.com/2012/01/07/budaya-cirebon-posmo-pada-masanya-425636.html



http://azizhamdan.blogspot.com/2012/01/kesenian-khas-cirebon.html



http://bachtiarhakim.wordpress.com/2009/08/16/sekilas-budaya-cirebon/



http://www.ceritamu.com/cerita/sekilas-tentang-cirebon



http://www.batiktrusmi.net/



http://id.wikipedia.org/wiki/Topeng_Cirebon



http://www.malangbagus.com/tag/lukisan-kaca/



http://id.wikipedia.org/wiki/Sega_Jamblang



http://wisatacirebon.com/kuliner/empal-gentong-khas-cirebon



http://www.siruptjampolay.com/manisnya-sirup-tjampolay.html

PENDIDIKAN INDONESIA

Guru, elemen yang terlupakan
Pendidikan Indonesia selalu gembar-gembor tentang kurikulum baru...yang katanya lebih oke lah, lebih tepat sasaran, lebih kebarat-baratan...atau apapun. Yang jelas, menteri pendidikan berusaha eksis dengan mengujicobakan formula pendidikan baru dengan mengubah kurikulum.

Di balik perubahan kurikulum yang terus-menerus, yang kadang kita gak ngeh apa maksudnya, ada elemen yang benar-benar terlupakan...Yaitu guru! Ya, guru di Indonesia hanya 60% yang layak mengajar...sisanya, masih perlu pembenahan. Kenapa hal itu terjadi? Tak lain tak bukan karena kurang pelatihan skill, kurangnya pembinaan terhadap kurikulum baru, dan kurangnya gaji. Masih banyak guru honorer yang kembang kempis ngurusin asap dapur rumahnya agar terus menyala.

Guru, digugu dan ditiru....Masihkah? atau hanya slogan klise yang sudah kuno. Murid saja sedikit yang menghargai gurunya...sedemikian juga pemerintah. banyak yang memandang rendah terhadap guru, sehingga orang pun tidak termotivasi menjadi guru. Padahal, tanpa sosok Oemar Bakri ini, tak bakal ada yang namanya Habibi.
POSTED BY PENDIDIKAN INDONESIA AT 2:57 PM 116 COMMENTS
THURSDAY, AUGUST 25, 2005

Gelar....Mabuknya Pendidikan
Sekali lagi, Indonesia dihadapkan pada kasus yang mencoreng nama pendidikan. Kasus jual beli gelar yang dipraktekkan oleh IMGI. Cara memperoleh gelar ini sangatlah mudah, Anda tinggal menyetor 10-25 juta, dan Anda dapat gelar yang Anda inginkan..Tinggal pilih...apakah S1, S2, atau S3....benar-benar edan! Sebagian orang mabuk kepayang akan nilai gelar yang memabukkan. Dan tidak tanggung-tanggung yang pernah membeli gelar dari IMGI ini...sekitar 5000 orang.

Ini adalah protet buram masyarakat Indonesia yang memuja gelar melampaui batas. Dengan titel, seakan-akan masa depan lebih mudah. Padahal, nasib ditentukan oleh kerja keras...dan sebagian masyarakat Indonesia mencari jalan pintas. Tak heran, jika kasus wakil rakyat yang melakukan jual beli gelar agar kelihatan mentereng menyeruak di mana-mana. Dan dengan kepala kosong, mereka mencoba mengkonsepsikan pemerintahan Indonesia. Apa yang terjadi? Undang-undang sekedar lobi-lobi politik dimana semuanya UUD (ujung-ujungnya duit).

Tidakkah kita semua miris lihat kenyataan ini? Lalu apa gunanya gelar kalau ternyata dia hanya kedok belaka?
POSTED BY PENDIDIKAN INDONESIA AT 4:54 PM 23 COMMENTS
TUESDAY, APRIL 19, 2005

Hakikat Pendidikan
Apa sih hakikat pendidikan? Apakah tujuan yang hendak dicapai oleh institusi pendidikan?

Agak miris lihat kondisi saat ini. Institusi pendidikan tidak ubahnya seperi pencetak mesin ijazah. Agar laku, sebagian memberikan iming-iming : lulus cepat, status disetarakan, dapat ijazah, absen longgar, dsb. Apa yang bisa diharapkan dari pendidikan kering idealisme seperti itu. Ki hajar dewantoro mungkin bakal menangis lihat kondisi pendidikan saat ini. Bukan lagi bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa (seperti yang masih tertulis di UUD 43, bah!), tapi lebih mirip mesin usang yang mengeluarkan produk yang sulit diandalkan kualitasnya.

Pendidikan lebih diarahkan pada menyiapkan tenaga kerja "buruh" saat ini. Bukan lagi pemikir-pemikir handal yang siap menganalisa kondisi. Karena pola pikir "buruh" lah, segala macam hapalan dijejalkan kepada anak murid. Dan semuanya hanya demi satu kata : IJAZAH! ya, ijazah, ijazah, ijazah yang diperlukan untuk mencari pekerjaan. Sangat minim idealisme untuk mengubah kondisi bangsa yang morat-marit ini, sangat minim untuk mengajarkan filosofi kehidupan, dan sangat minim pula dalam mengajarkan moral.

Apa sebaiknya hakikat pendidikan? saya setuju dengan kata mencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi, ini masih harus diterjemahkan lagi dalam tataran strategis/taktis. kata mencerdsakan kehidupan bangsa mempunyai 3 komponen arti yang sangat penting : (1) cerdas (2) hidup (3) bangsa.

(1) tentang cerdas
Cerdas itu berarti memiliki ilmu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan real. Cerdas bukan berarti hapal seluruh mata pelajaran, tapi kemudian terbengong-bengong saat harus menciptakan solusi bagi kehidupan nyata. Cerdas bermakna kreatif dan inovatif. Cerdas berarti siap mengaplikasikan ilmunya.

(2) tentang hidup
Hidup itu adalah rahmat yang diberikan oleh Allah sekaligus ujian dari-Nya. Hidup itu memiliki filosofi untuk menghargai kehidupan dan melakukan hal-hal yang terbaik untuk kehidupan itu sendiri. Hidup itu berarti merenungi bahwa suatu hari kita akan mati, dan segala amalan kita akan dipertanggungjawabkan kepada-Nya. Patut dijadikan catatan, bahwa jasad yang hidup belum tentu memiliki ruh yang hidup. Bisa jadi, seseorang masih hidup tapi nurani kehidupannya sudah mati saat dengan snatainya dia menganiaya orang lain, melakukan tindak korupsi, bahkan saat dia membuang sampah sembarangan. Filosofi hidup ini sangat sarat akan makna individualisme yang artinya mengangkat kehidupan seseorang, memanusiakan seorang manusia, memberikannya makanan kehidupan berupa semangat, nilai moral dan tujuan hidup.

(3) tentang bangsa
Manusia selain sesosok individu, dia juga adalah makhluk sosial. Dia adalah komponen penting dari suatu organisme masyarakat. Sosok individu yang agung, tapi tidak mau menyumbangkan apa-apa apa-apa bagi masyarakatnya, bukanlah yang diajarkan agama maupun pendidikan. Setiap individu punya kewajiban untuk menyebarkan pengetahuannya kepada masyarakat, berusaha meningkatkan derajat kemuliaan masyarakat sekitarnya, dan juga berperan aktif dalam dinamika masyarakat. Siapakah masyarakat yang dimaksud disini? Saya setuju bahwa masyarakat yang dimaksud adalah identitas bangsa yang menjadi ciri suatu masyarakat. Era globalisasi memang mengaburkan nilai-nilai kebangsaan, karena segala sesuatunya terasa dekat. Saat terjadi perang Irak misalnya, seakan-akan kita bisa melihat Irak di dalam rumah. Tapi masalahnya, apakah kita mampu berperan aktif secara nyata untuk Irak (selain dengan doa ataupun aksi)? Peran aktif kita dituntut untuk masyarakat sekitar...dan siapakah masyarakat sekitar? tidak lain adalah individu sebangsa.

inilah sekelumit tulisan yang saya jadikan pokok pemikiran buat apa itu hakikat pendidikan sebenarnya.
POSTED BY PENDIDIKAN INDONESIA AT 5:27 PM 23 COMMENTS
Sekolah Global di Desa Kecil Kalibening
FINA Af'idatussofa (14) bukan siswa sekolah internasional dan bukan anak orang berada. Ia lahir sebagai anak petani di Desa Kalibening, tiga kilometer perjalanan arah selatan dari kota Salatiga menuju Kedungombo, Jawa Tengah. Karena orangtuanya tidak mampu, ia terpaksa melanjutkan sekolah di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah di desanya. Namun, dalam soal kemampuan Fina boleh dipertandingkan dengan siswa sekolah-sekolah mahal yang kini menjamur di Jakarta.

MESKI bersekolah di desa dan menumpang di rumah kepala sekolahnya, bagi Fina internet bukan hal yang asing. Ia bisa mengakses internet kapan saja. Setiap pagi berlatih bahasa Inggris dalam English Morning. Ia pernah menjuarai penulisan artikel on line di kotanya. Ia juga berbakat dalam olah vokal meski ia mengatakan tidak ingin menjadi seorang penyanyi.

"Kalau menjadi penyanyi, pekerjaanku hanya menyanyi. Padahal, cita-citaku banyak. Aku ingin jadi presenter, aku ingin jadi penulis, pengarang lagu, ilmuwan, dan banyak lagi? Aku juga ingin berkeliling dunia," kata Fina.

SMP Alternatif Qaryah Thayyibah resmi terdaftar sebagai SMP Terbuka, sekolah yang sering diasosiasikan sebagai sekolah untuk menampung orang-orang miskin agar bisa mengikuti program wajib belajar sembilan tahun. Namun, siswa SMP Alternatif Qaryah Thayyibah sangat mencintai dan bangga dengan sekolahnya.

Pukul 06.00 sekolah sudah mulai dan baru berakhir pada pukul 13.30. Akan tetapi, jam sekolah itu terasa sangat pendek bagi murid-murid sekolah tersebut sehingga setelah makan siang mereka biasanya kembali lagi ke sekolah. Mereka belajar sambil bermain di sekolahnya sampai malam, bahkan tak jarang mereka menginap di sekolah.

Murid-murid SMP Qaryah Thayyibah memang sangat menikmati sekolahnya. Bersekolah merupakan sesuatu yang menyenangkan. Guru bukanlah penguasa otoriter di kelas, tetapi teman belajar. Mereka bebas berbicara dengan gurunya dalam bahasa Jawa ngoko, strata bahasa yang hanya pantas untuk berbicara informal dengan kawan akrab.

Di kelas mereka juga sangat bebas. Mereka bisa asyik mengerjakan soal-soal matematika dengan bersenda gurau, ada yang mengerjakan soal sambil bersenandung, yang lain bermain monopoli. Suasana bermain itu bahkan di taman kanak-kanak pun kini makin langka karena mereka dipaksa oleh gurunya untuk membaca dan menulis.

SMP Qaryah Thayyibah lahir dari keprihatinan Bahruddin melihat pendidikan di Tanah Air yang makin bobrok dan semakin mahal. Pada pertengahan tahun 2003 anak pertamanya, Hilmy, akan masuk SMP. Hilmy telah mendapatkan tempat di salah satu SMP favorit di Salatiga. Namun, Bahruddin terusik dengan anak-anak petani lainnya yang tidak mampu membayar uang masuk SMP negeri yang saat itu telah mencapai Rp 750.000, uang sekolah rata-rata Rp 35.000 per bulan, belum lagi uang seragam dan uang buku yang jumlahnya mencapai ratusan ribu rupiah.

"Saya mungkin mampu, tetapi bagaimana dengan orang-orang lain?" tuturnya. Bahruddin yang menjadi ketua rukun wilayah di kampungnya kemudian berinisiatif mengumpulkan warganya menawarkan gagasan, bagaimana jika mereka membuat sekolah sendiri dengan mendirikan SMP alternatif. Dari 30 tetangga yang dikumpulkan, 12 orang berani memasukkan anaknya ke sekolah coba-coba itu. Untuk menunjukkan keseriusannya, Bahruddin juga memasukkan Hilmy ke sekolah yang diangan-angankannya.

"Saya ingin membuat sekolah yang murah, tetapi berkualitas. Saya tidak berpikir saya akan bisa melahirkan anak yang hebat-hebat. Yang penting mereka bisa bersekolah," kata Bahruddin.

Bahruddin mengadopsi kurikulum SMP reguler di sekolahnya. Ia menyatakan tidak sanggup menyusun kurikulum sendiri. Lagi pula sekolah akan diakui sebagai sekolah berkualitas jika bisa memperoleh nilai yang baik dan mendapatkan ijazah yang diakui pemerintah. Karena itulah ia memilih format SMP Terbuka. Akan tetapi, ia mengubah kecenderungan SMP Terbuka sekadar sebagai lembaga untuk membagi-bagi ijazah dengan mengelola pendidikannya secara serius.

Sekolah itu menempati dua ruangan di rumah Bahruddin, yang sebelumnya digunakan untuk Sekretariat Organisasi Tani Qaryah Thayyibah. Jumlah guru yang mengajar sembilan orang, semuanya lulusan institut agama Islam negeri dan sebagian besar di antaranya para aktivis petani.

Guru pelajaran Matematika-nya seorang lulusan SMA yang kini mondok di pesantren. Akses internet gratis 24 jam diperoleh dari seorang pengusaha internet di Salatiga yang tertarik dengan gagasan Bahruddin. Dengan modal seadanya sekolah itu berjalan.

Ternyata pengakuan terhadap keberadaan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah tidak perlu waktu lama. Nilai rata- rata ulangan murid SMP Qaryah Thayyibah jauh lebih baik daripada nilai rata-rata sekolah induknya, terutama untuk mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris.

Sekolah itu juga tampil meyakinkan, mengimbangi sekolah-sekolah negeri dalam lomba cerdas cermat penguasaan materi pelajaran di Salatiga. Sekolah itu juga mewakili Salatiga dalam lomba motivasi belajar mandiri di tingkat provinsi, dikirim mewakili Salatiga untuk hadir dalam Konvensi Lingkungan Hidup Pemuda Asia Pasifik di Surabaya. Pada tes kenaikan kelas satu, nilai rata-rata mata pelajaran Bahasa Inggris siswa Qaryah Thayyibah mencapai 8,86.

SMP Alternatif Qaryah Thayyibah juga maju dalam berkesenian. Di bawah bimbingan guru musik, Soedjono, anak-anak sekolah bergabung dalam grup musik Suara Lintang. Kebolehan anak-anak itu dalam menyanyikan lagu mars dan himne sekolah dalam versi bahasa Inggris dan Indonesia bisa didengarkan ketika membuka alamat situs sekolah www.pendidikansalatiga.net/qaryah. Grup musik anak-anak desa kecil itu telah mendokumentasikan lagu tradisional anak dalam kaset, MP3, maupun video CD album Tembang Dolanan Tempo Doeloe yang diproduksi sekaligus untuk pencarian dana. Seluruh siswa bisa bermain gitar, yang menjadi keterampilan wajib di sekolah itu.

Sulit dibayangkan anak- anak petani sederhana itu masing-masing memiliki sebuah komputer, gitar, sepasang kamus bahasa Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris, satu paket pelajaran Bahasa Inggris BBC di rumahnya. Semua itu tidak digratiskan. Anak-anak memiliki semua itu dengan mengelola uang saku bersama-sama sebesar Rp 3.000 yang diterima anak dari orangtuanya setiap hari. Uang sebesar Rp 1.000 dipergunakan untuk mengangsur pembelian komputer. Untuk sarapan pagi, minum susu, madu, dan makanan kecil tiap hari Rp 1.000, sedangkan Rp 1.000 lainnya untuk ditabung di sekolah. Tabungan sekolah itu dikembalikan untuk keperluan murid dalam bentuk gitar, kamus, dan lain-lainnya.

Tidak mengherankan jika anak-anak dan orangtua mereka bangga dengan sekolah itu. Betapa tidak, di sekolah yang berdekatan dengan rumah di sebuah desa kecil mereka mendapatkan banyak hal yang tidak diperoleh di sekolah-sekolah yang dikelola dengan logika dagang.

Ismanto (43) menceritakan, anaknya sempat down saat mendaftar SLTP di Salatiga dua tahun lalu. Uang masuknya Rp 200.000, belum termasuk buku dan seragam. Tidak ada seorang murid pun ke sekolah dengan berjalan kaki selain anaknya, Emi Zubaiti (13). Kini Emi menjadi seorang anak yang pandai dalam berbagai mata pelajaran, pintar bernyanyi, dan percaya diri. Ia tidak pernah membayangkan bisa menyekolahkan Emi, anak pasangan tukang reparasi sofa dan bakul jamu gendong, mendapat sekolah yang baik.

Bahkan Ismanto ikut menikmati komputer yang dikredit dari uang saku anaknya. Dibimbing anaknya, sekarang Ismanto mulai belajar komputer. "Tidak pernah terpikir, saya bisa membelikan komputer. Kini saya malah bisa ikut menikmati," kata Ismanto.

Catatan pribadi :
---------------------
Nah, kita liat sample aja yah. Bukan berarti pendidikan harus mahal kan? Bisa murah tapi berkualitas. Pendidikan murah berkualitas bukanlah sesuatu yang utopis, tapi bisa dicapai dengan tekad. Siapa bilang sekolah harus mahal?
POSTED BY PENDIDIKAN INDONESIA AT 6:19 AM 13 COMMENTS
MONDAY, APRIL 18, 2005

Diskriminasi Pendidikan
Diambil dari pendidikanmurah
---------------------------------------------------------------

Rasa-rasanya rasa muakku sudah sampai pada puncaknya.

Setelah membaca rubrik Humaniora di harianKompas edisi hari ini, aku menjadi semakin jengkelsaja dengan kebijakan sistem pendidikan di Indonesia yang kian lama kian wagu saja. Akhir-akhir ini rubrik Humaniora Kompas memang banyak menyoroti tentang kondisi pendidikan di Indonesia. Diawali dengan pemberitaan mengenai ide cemerlang dari salah seorang ketua RW di salah satu desa di Sala Tiga yang dengan kreatifnya menggagas sebuah sekolah alternatif untuk siswa SLTP dengan konsep sekolah terbukanya sampai pada kegilaan mungkin lebih tepat jika disebut kebodohan dari pemerintah mengenai rancangan sistem jalur pendidikan yang baru.

Dalam sistem pendidikan yang baru ini pemerintah akan membagi jalur pendidikan menjadi dua jalur besar, yaitu jalur formal standar dan jalur formal mandiri. Pembagian jalur ini berdasarkan perbedaan kemampuan akademik dan finansial siswa. Jalur formal mandiri diperuntukkan bagi siswa yang mapan secara akademik maupun finansial. Sedangkan jalur formal standar diperuntukkan bagi siswa yang secara finansial bisa dikatakan kurang bahkan tidak mampu.

Dengan kata lain jalur formal mandiri adalah jalur bagi siswa kaya sedangkan jalur formal standar adalah jalur bagi siswa miskin. Konyol memang. Aku sampai tidak habis pikir bisa-bisanya pendidikan dikotak-kotakkan berdasarkan tingkat fianansial dari peserta didik. Dalam hal ini, pemerintah berdalih bahwa pada jalur formal mandiri akan disediakan beasiswa bagi siswa yang kurang mampu miskin agar dapat menuntut ilmu pada jalur ini. Yang jadi pertanyaan sekarang adalah Berapa banyak sich beasiswa yang disediakan?.

Pemerintah sendiri menyatakan bahwa setidaknya akan ada lima persen siswa miskin yang bersekolah di setiap sekolah yang menyelenggarakan jalur formal mandiri. Menurut ku ini juga merupakan salah satu bentuk kebodohan yang lain. Coba saja kita bayangkan seandainya ada seorang siswa miskin yang memperoleh beasiswa untuk bersekolah di jalur formal mandiri yang nota bene tempat sekolahnya siswa kaya. Bukankah kondisi seperti ini malah menjadikan siswa miskin ini menjadi minder dan rendah diri. Ketika teman-temannya selalu mengenakan seragam yang bersih dan tersetrika dengan rapi dengan menggunakan pelembut dan pewangi pakaian sedangakan siswa miskin ini hanya mampu mengenakan seragam bekas alias hibahan dari tetangganya, bukankah kondisi seperti ini malah menjadikan siswa miskin ini menjadi objek tontonan bagi siswa-siswa kaya?

Apakah pembagian jalur pendidikan ini merupakan salah satu misi pemerintah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa?

Menurutku, pendidikan adalah satu-satunya jalan bagi bangsa kita dalam mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain. Aku cukup salut dengan pemerintah Kamboja dan Thailand yang mulai berbenah diri dengan berfokus pada pendidikan warga negaranya. Kedua negara ini mulai merintis pendidikan gratis bagi warga nya. Pemerintah Kamboja sendiri mulai mengalihkan sembilan belas persen dari total anggarannya yang biasanya digunakan sebagai angaran militer untuk mendukung pengembangan pendidikan.

Lantas bagai mana dengan visi dan misi pendidikan di Indonesia? Mau dibawa ke mana pendidikan di Negara kita? Apakah pendidikan sudah menjadi barang dagangan yang nantinya menghasilkan outputan berupa selembar sertifikat dan ijazah bukannya keahlian dan daya analitis? Dan apakah pendidikan hanya menjadi milik dan hak orang kaya saja?

Apakah memang orang miskin dilarang sekolah?
POSTED BY PENDIDIKAN INDONESIA AT 1:09 PM 11 COMMENTS
WEDNESDAY, DECEMBER 29, 2004

Kapitalisme Pendidikan
Sudah rahasia umum jika pendidikan sekarang sangat mahal. Yah seperti kata buku, orang miskin dilarang sekolah! Memprihatinkan, tapi itulah kenyataannya. Masuk TK saja bisa mencapai ratusan ribu maupun jutaan rupiah, belum lagi kalo masuk SD-SMP-SMA-Universitas yang favorit. Kalau dihitung, seseorang yang masuk TK sampai dengan universitas yang favorit akan menghabiskan 100 juta lebih. Wow!
Sekolah memang harus mahal, itulah stigma yang tertanam di benak sebagian orang, dari orang awam dan bahkan sampai beberapa pejabat depdiknas. benarkah demikian??? Itu adalah omongan sesat, mereka yang bicara ngelantur begitu sudah pasti tidak pernah lihat kondisi luar. Malaysia, Jerman, bahkan Kuba sekalipun bisa membuat pendidikannya sangat murah dan dapat diaksese oleh sebagian besar lapisan masyarakatnya.
Pendidikan yang kapitalistik sekarang ini, yang bertujuan bisnislah yang membuat biaya-biaya membengkak. Pendidikan diserahkan sebagian kontolnya kepada swasta karena pemerintah yang kurang becus. Ada baiknya swasta ikut mengatur pendidikan sehingga masyarakat pun bisa berperan dalam lembaga pendidikan, tapi walau bagaimanapun ini bukan berarti bahwa pemerintah lepas tangan begitu saja. Ya, kan??? Pendidikan instan ala swasta yang mementingkan bisnis kjadi masalah besar buat dunia pendidikan. kadang terbaca di iklan-iklan, lembaga pendidikan yang menawarkan lulus cepat+absen tidak dihitung+dapat ijazah+dll. Sepertinya, yang penting bagi pendidikan hanyalah dapat ijazah buat kerja saja. Padahal pendidikan ditujukan untuk membangun moral individu dan tingkat pengetahuannya.
Lalu bagaimana caranya agar pendidikan bisa murah?? Wah, ini bukan persoalan gampang,dan jelas butuh pemikiran mendalam. Biar dipikir dan merenung dahulu. Tidak dituliskan disini, karena bakal sangat panjang juga.
POSTED BY PENDIDIKAN INDONESIA AT 11:20 AM 15 COMMENTS
MONDAY, NOVEMBER 01, 2004

Pendidikan Indonesia
Hallo semuanya,
Tulisan ini didedikasikan hanya untuk bangsa tercinta kita, yaitu Indonesia. Betapa semrawutnya kondisi saat ini tidak seharusnya menumpulkan harapan kita akan masa depan yang lebih baik. Tulisan ini tidak bermaksud menggurui ataupun menyalahkan. Kita bertukar pikiran hanya untuk mencari solusi terbaik, siapa tahu solusi ini bisa diimplementasikan dalam kondisi riil.
Tulisan, tanggapan, pengetahuan, artikel rekan-rekan sangat diharapkan sekali agar wawasan kita semua bertambah. Saya selaku pembuat blog ini sangat bisa jadi memiliki banyak kelemahan (seperti keahlian menulis yang masih amatiran!). mungkin ini semua bisa di-cover oleh rekan-rekan semuanya.
Ok, partisipasi rekan-rekan dalam blog inisangat dinantikan. Makasih banyak!

http://pendidikanindonesia.blogspot.com/
gunadarma.ac.id

KEBUDAYAAN MODERN

KEBUDAYAAN MODERN,

DESPIRITUALISASI  DAN NIHILISME


oleh

Abdul Hadi W. M.

Dewasa ini sudah biasa  orang menghubungkan kebudayaan modern  dengan kondisi-kondisi kehidupan tak terhindarkan yang diciptakannya, seperti meluasnya berbagai bentuk kemerosotan nilai yang berpangkal dari hedonisme, kehampaan spiritual dan hasrat melampaui batas terhadap kebebasan. Kondisi lain yang tak terhindarkan ialah alienasi dengan berbagai manifestasinya, sikap asosial dan nihilisme yang membuat manusia kehilangan makna dalam hidupnya dan dengan demikian pula kehilangan tujuan dalam hidupnya. Semua itu merupakan manifestasi dari krisis yang dialami manusia  modern yang hidup dalam peradaban serba materialistis.


Tetapi apabila orang berbicara tentang kebudayaan dan peradaban modern serta krisis-krisis yang ditimbulkannya, biasanya orang hanya menunjuk pada kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi sebagai biang keladinya, dan lupa bahwa sumber dari krisis itu adalah berbagai manipulasi dan penyalahgunaan terhadap kemajuan yang telah dicapai manusia, khususnya di bidang ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi. Orang juga lupa bahwa sumber dari berbagai krisis yang dihadapi manusia sebenarnya dapat dicari pada falsafah hidup, sistem nilai dan gambar dunia (weltanshauung) yang mendasari kebudayaan modern.

Tentu saja tidaklah mudah untuk memastikan falsafah hidup yang bagaimana yang benar-benar mendasari kebudayaan modern, oleh karena begitu banyak aliran falsafah dan ideologi yang berkembang dalam sejarah pemikiran Barat. Pada umumnya pula jika orang berbicara tentang kebudayaan modern maka orang hanya ingat bahwa fundasi yang membentuk kebudayaan Barat ialah Helenisme, atau semangat kebudayaan Yunani yang mencintai pemikiran rasional, penelitian ilmiah dan demokrasi. Semangat Helenisme ini kemudian dikaitkan dengan sejarah munculnya Renaisance yang memicu timbulnya revolusi ilmu pengetahuan pada abad ke-17 dan 18 M, serta lahirnya falsafah rasionalisme dan empirisme. Orang lupa pada anasir dominan lain yang mendasari pembentukan kebudayaan dan peradaban modern, yaitu Hebraisme.

Hebraisme dan Protestanisme

Hebraisme adalah istilah yang saya ambil dari buku Mathew Arnold Culture and Anarchy. Dia adalah seorang cendikiawan Inggris abad ke-19 yang sangat kritis terhadap perkembangan kebudayaan Barat. Dalam bukunya itu Arnold mengatakan lebih kurang bahwa sendi-sendi yang memperkuat kebudayaan dan peradaban Barat bukan hanya Helenisme (kebudayaan Yunani), tetapi juga Hebraisme (kebudayaan Ibrani).  Kebudayaan Yunani telah memberikan kepada Barat perangkat-perangkat penalaran rasional, penghargaan pada inteligensi serta kecintaan pada falsafah dan ilmu pengetahuan alam. Di lain hal  Hebraisme memberikan dasar-dasar kokoh berupa kecintaan untuk bekerja keras dengan gairah yang tinggi, kepatuhan menjalankan tugas dan kewajiban sesuai aturan,  serta kesanggupan mengendalikan diri. Tanpa itu kemajuan ilmu pengetahuan dan pemikiran falsafah, tidak dapat diwujudkan dalam kehidupan nyata dan tidak akan pula mempunyai arti apa-apa (Barret 1961).

Berbeda dengan Helenisme yang didasarkan atas sendi-sendi pemikiran dan penalaran rasional dari Aristoteles dan Plato, Hebraisme didasarkan pada sesuatu yang oleh kebanyakan orang modern disebut irrasional, yaitu bentuk-bentuk keimanan tertentu yang telah diwujudkan selama berabad-abad dalam kehidupan praktis bangsa Ibrani atau orang Yahudi. Apabila kebudayaan Yunani mengajarkan penghargaan yang tinggi terhadap inteligensi dan etika, kebudayaan Ibrani menekankan pada kegairahan bekerja sehingga mencapai hasil maksimal walaupun harus mengabaikan nilai-nilai moral dan etika. Hebraisme ini meresapi kebudayaan modern Barat secara  evolusioner, mula-mula melalui gerakan reformasi keagamaan pada akhir abad ke-13 M, seusai Perang Salib, dan berlanjut setelah memaikan peranan menonjol dalam kehidupan ekonomi.  Merekalah yang memperkenalkan sistem perbankan yang menjadi sendi utama kapitalisme modern.

Persoalan pokok dari gerakan reformasi itu ialah bagaimana menafsirkan Bibel dengan metode hermeneutika sehingga muncul pemahaman baru yang segar dan kontekstual terhadap ajaran agama. Upaya tersebut dilakukan karena tokoh-tokoh reformasi menganggap bahwa tafsir resmi yang diajarkan gereja Katholik tidak sesuai dengan tuntutan zaman dan menyimpang ajaran Kristen yang sebenarnya. Tafsir baru terhadap Bibel yang diperkenalkan tokoh-tokoh reformasi itu mendapat bentuknya yang muktamad pada awal abad ke-16 M dengan muncul Martin Luther dan Calvin, yang merupakan pendiri Prostestanisme. Tafsir yang mereka lakukan didasarkan pada tradisi tafsir yang telah dilakukan mufassir-mufassir Yahudi terhadap kitab Taurat dan Perjanjian Lama. Demikianlah dengan berkembangnya  Protestanisme di Eropa, jiwa kebudayaan Ibrani menjadi unsur dominan dalam perkembangan kebudayaan Eropa (Dawson 1958).

Dalam bukunya The End of Histroy and The Last Men (1992). Menurut Fukuyama, secara tersirat menyatakan bahwa semangat Prostanis Hebrais inilah yang membuat  sistem demokrasi liberal dan kapitalisme di Eropa mencapai hasil yang diinginkan berupa kemakmuran ekonomi dan melimpahnya kesejahteraan material. Jadi, menurut Fukuyama, keberhasilan itu tidak semata-mata disebabkan oleh prinsip-prinsip liberalisme itu sendiri. Melainkan oleh kekuatan irasional yang disebut thymos, yaitu semangat kerja penuh gairah. Namun demikian keberhasilan itu juga harus  dibayar dengan mahal berupa munculnya masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan secara rasional. Misalnya merajelanya kecanduan terhadap bius, kegemaran pada pornografi, tingginya tingkat kriminalitas, kegandrungan akan hidup santai melalui musik rock dan suburnya prilaku asosial, serta rusaknya lingkungan hidup sebagai akibat dari konsumerisme yang melampaui batas.

Semua bentuk perilaku yang telah disebutkan itu menandakan bahwa telah terjadi kemerosotan nilai yang parah dalam kehidupan modern dan memberi petunjuk bahwa nihilisme menjadi ancaman bagi masyarakat modern yang menerapkan sistem liberal dan membiarkan konsumerisme tumbuh tanpa terkendali. Maka bukanlah tanpa alasan apabila Allan Bloom (1987) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan runtuhnya nilai-nilai dan meluasnya ancaman nihilisme itu justru berasal dari prinsip-prinsip kebebasan yang diterapkan oleh masyarakat Barat itu sendiri.

Menulis dalam bukunya yang menghebohkan pembaca Amerika, The Closing of the American Mind, Bloom mengatakan bahwa kehidupan kaum muda di kampus-kampus Amerika dewasa ini sangat kontraproduktif dengan keberhasilan yang dicapai oleh  masyarakat kapitalis yang ditegakkan di atas fundasi semangat Prostetanisme. Kebanyakan kaum muda itu tidak memiliki kerinduan terhadap nilai-nilai yan lebih tinggi. Pikiran mereka hampa, tubuh mereka telah terpuaskan oleh buaian musik rock dan seks bebas. Kehidupan mereka dikuasai oleh bentuk-bentuk relativisme yang bersahaja dan santai. Mereka menganggap dirinya terbuka pada pluralismem tetapi hatinya tertutup  terhadap kebajikan moral dan spiritual.

Penyebab utama dari semua itu adalah sistem demokrasi liberal yang diterapkan di Amerika sejak abad ke-19 M. Sistem tersebut diasaskan berdasarkan prinsip-prinsip kebebasan dan persamaan (equality) yang diekmbangkan dari pemikiran Thomas Hobbes dan John Locke, filosof abad ke-17 dan 18 dari Eropa. Prinsip-prinsip tersebut kemudian dikembangkan dalam Declaration of Independence yang disusun oleh Thomas Jefferson. Kebebasan yang dimaksud ialah kebebasan individu dari segala bentuk kekangan. Persamaan yang dimaksud ialah penghapusan segala bentuk berdasarkan berdasarkan status sosial, bahkan juga perbedaan kodrat seperti perbedaan kodrat lelaki dan wanita seperti yang dicetuskan oleh para pendiri Women Liberation.

Semua perilaku yang ditunjukkan anak-anak muda Amerika sekarang ini, kata Bloom, merupakan ungkapan yang sempurna dari jiwa yang bebas. Kecenderungan ini mempunyai kaitan dengan pemikiran Thomas Hobbes bahwa hidup ini mempunyai makna instrinsik, artinya hidup itu dalam dirinya tidak memiliki makna dan nilai karena dibangun berdasarkan unsure-unsur material dan hewani. Makna dan nilai muncul jika manusia mau memberikan sesuai dengan pandangan hidupnya. Tetapi lebih penting Bloom mengatakan bahwa semua perilaku bebas yang hedonistik dan destruktif itu dapat dilihat sebagai bentuk perlawanan  terhadap Protestanisme yang mengkungkung manusia dengan kewajiban bekerja keras dan ketaatan pada hukum sebagai upaya untuk menebus dosa yang merupakan beban bawaan manusia.

Tetapi yang dilupakan oleh orang-orang seperti Bloom dan Fukuyama ialah kenyataan bahwa akar-akar terhadap penggembosan nilai-nilai dan dimensi spiritual dari kehidupan manusia itu tersembunyi dalam Protestanisme dan Hebraisme itu sendiri. Letak akar atau sumber permasalahannya pertama-tama, ialah proses ‘despiritualiasi’ ajaran agama yang telah sejak awal dilakukan oleh para pencetus Reformasi dan Protestanisme. Yang kedua, ialah penjungkirbalikan nilai-nilai moral dan kemanusiaan dalam praktek ekonomi orang Yahudi. Pengabaian terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan moral itu diteruskan oleh kapitalisme modern, dan sendi-sendinya diperkuat oleh pemikiran falsafah yang berkembang pada abad ke-17 – 19 M, khususnya dari aliran-aliran menonjol seperti utilitarisme, positivisme, materialisme, evolusionisme, pragmatisme dan lain-lain.

Memang betul Hebraisme, seperti dikatakan Matthew Arnold, menyumbangkan ethos kerja yang terpuji dan unggul, ketaatan pada hukum dan solidaritas kelompok yang kuat. Tetapi semua itu hanya berlaku untuk dan demi kelompoknya sendiri, sedangkan terhadap kelompok dan bangsa lain yang menjadi sasaran eksploitasinya, kapitalisme mengabaikan nila-nilai moral dan kemanusiaan. Inilah benih standar ganda Barat dalam memandang bangsa-bangsa lain di luarnya, khususnya bangsa-bangsa Asia.

Kecenderungan mengabaikan nilai-nilai moral dan kemanusiaan di bidang ekonomi dan perdagangan itu digambarkan dalam banyak karya sastra Eropa abad ke-16 dan 17. Misalnya  dalam karya-karya Shakespeare dan Christopher Marlowe. Dalam drama Shakespeare seperti Saudagar Venezia dimunculkan tokoh pedagang Yahudi yang dalam dirinya mewakili watak triumvirat  Setan-Machiavelli-Yahudi. Dalam drama Marlowe dihadirkan dalam watak triumvirat Setan-Yahudi-Yudas Iskariot. Tokoh-tokoh itu pandai menggunakan tipu muslihat untuk menjerat atau memaksa mangsanya menandatangani kontrak atau perjanjian yang menjerumuskan si mangsa  ke dalam tindakan kejahatan. Kisah serupa dijumpai dalam sastra Melayu-Arab misalnya dalam Hikayat Abu Samah dan Hikayat Abu Nawas.

Tentu saja tidak semua orang Yahudi melakukan praktek buruk seperti itu. Tetapi praktek seperti pemungutan bunga yang tinggi atau riba dalam sistem pinjam meminjam uang yang dijalankan oleh para pedagang Yahudi sejak lama, kemudian ditransformasikan ke dalam sistem perbankan modern. Apabila sebuah praktek diserap ke dalam sebuah sistem seperti kapitalisme, maka persoalannya menjadi lain. Apalagi jika sistem tersebut diakui secara hukum dan dijamin oleh sebuah undang-undang resmi sebuah negara. Namun berkat sistem kapitalisme yang digerakkan oleh kekuatan irasional dalam manusia itu pulalah ekspansi ekonomi dan penguasaan Barat terhadap bangsa-bangsa lain di dunia dapat dimungkinkan.

Di bawah naungan kapitalisme pulalah kolonialisme bertahan lama di masa yang lalu. Begitu pula berkat kapitalisme pulalah maka falsafah, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta Orientalisme, dapat dikembangkan sedemikian pesatnya di Barat, serta disebarkan ke seluruh dunia sehingga mempengaruh perkembangan tradisi intelektual kaum terpelajarnya yang terbaratkan. Gambaran simbolik dari manusia modern, yang tidak puas hanya dengan menguasai ilmu pengetahuan dan falsafah, kecuali apabila dengan itu dapat menguasai dua alam – yaitu alam pemikiran dan alam kekayaan duniawi – dilukiskan oleh Goethe dalam wujud manusia Faust.

Faust adalah seorang Doktor yang dihormati dan menguasai banyak bidang ilmu pengetahuan seperti falsafah, ilmu hukum, kedokteran,  teologi dan kesusastraan. Tekanan berat penderitaan yang dialaminya membuat jiwanya menjerit dan menggelepar. Hatinya merasa hampa dan putus asa, dan merasakan bahwa hidupnya tidak berarti. Ilmu yang dikuasainya tidak membuat dirinya bertambah arif dan pandai, melainkan justru membuatnya semakin bodoh. Jeritan jiwanya didengar oleh kekuatan jahat yang memberinya ajaran bahwa hidup seseorang baru bisa bermakna jika ia menguasai dunia dan seluruh kekayaannya. Untuk memenuhi  hasratnya itulah Faust akhirnya bersedia menggadaikan jiwanya kepada Setan selama duapuluh lima tahun.

Iblis dalam Faust, drama Goethe dan dalam Perjanjian Lama saja saja.  Perbedaannya dalam Faust, tanpa mengharapkan ia justru diundang oleh manusia yang memerlukan bantuannya. Dalam Perjanjian Lama, Iblis justru memohon kepada Tuhan agar diperkenankan menggoda Ayub untuk menguji keimanannya. Godaan kepada Ayub ternyata gagal, walaupun dia ditimpa sakit parah, dilanda kemiskinan dan ditinggalkan sebatangkara oleh anak istrinya.

Reformasi dan Tafsir Ibrani

William Barret (1962)  mengatakan bahwa akar dari nihilisme modern dan materialisme yang membentuk kerangka nilai dari kebudayaan modern ialah proses despiritualisasi atas semua aspek kehidupan dan semua bentuk keberadaan. Hal itu telah berlangsung sejak zaman Reformasi pada abad ke-15 M bersamaan dengan bangkitnya Renaisance. Proses despiritualisasi itu berlangsung disebabkan dorongan untuk menafsirkan agama secara kontekstual, namun karena begitu berlebihan menyebabkan terjadinya pencerabutan nilai-nilai keagamaan dan spiritualitas dari kebudayaan Eropa yang telah dibentuk berdasarkan sinthesa kebudayaan Romawi dan agama Kristen (Katholik Romawi). Proses despiritualisasi ini berlangsung dibawah pengaruh tafsir Ibrani terhadap kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru seperti dilakukan oleh Martin Luther dan Calvin.

Despiritualisasi dan kontekstualisasi itu dilakukan dengan tujuan memperoleh jenis tafsir yang lebih sesuai dengan semangat humanisme dan penalaran rasional yang ditiupkan oleh Renaisance. Tafsir tersebut diharapkan lebih membumi dan dapat menandingi tafsir Abad Tengah yang didominasi oleh ajaran Thomas Aquinas.  Untuk keperluan mendapat pengertian baru tentang ajaran agama, Martin Luther (1483-1546 M) meneliti kembali pemikiran St. Augustinus, filosof dan teolog abad ke-3 M, yang ajarannya banyak dilupakan oleh Gereja Katholik. Khususnya ajaran Augustinus tentang pertentangan Kerajaan Tuhan dan Kerajaan Manusia. Dalam upayanya itu Luther juga mendapat pengaruh dari pemikiran keagamaan kaum Yahudi yang pada masa itu menampakkan kegiatan luar biasa di bidang intelektual dan ekonomi. Luther, sebagaimana juga Calvin, merasa tertarik untuk mengangkat kembali bagian-bagian penting dari kitab Perjanjian Lama, dan berusaha menafsirkannya menurut tradisi intelektual Ibrani.

Berbeda dengan pandangan Gereja Katholik ketika itu, yang memandang bahwa kerajaan ideal bagi manusia ialah Kerajaan Tuhan yang direpresentasikan oleh Gereja dan orotitasnya dalam semua bidang kehidupan. Bilamana kerajaan Tuhan benar-benar dapat ditegakkan maka umat beriman dapat mengalahkan kerajaan-kerajaan yang dikuasai oleh kekuatan jahat seperti Babylon Pagan,. Persia Zoroaster dan Romawi Pra-Kristen. Tetapi dengan mengikuti tafsir Ibrani, tokoh-tokoh Reformasi memandang bahwa kerajaan yang ideal bagi manusia ialah kerajaan yang bersifat duniawi.  Melalui cahaya penafsiran baru itu otoritas Gereja mengalami kegundangan.

Masalah utama bukan lagi masalah ritual keagamaan dan spiritualitas. Masalah utama manusia adalah persoalan-persoalan yang bertalian sepenuhnya dengan persoalan dunia seperti ekonomi dan politik. Luther antara lain mengatakan bahwa Isa Almasih hanya perantara antara Tuhan dan manusia. Pengampunan dosa dan penyelamatan yang selama ini berada dalam wewenang gereja ditolak olehnya, karena menurutnya merupakan sola gratia, wewenang Tuhan dan berhak diterima manusia disebabkan keimanannya (sola fide). Dia tidak menolak peranan gereja sebagai lembaga keagamaan. Yang dia tolak ialah kepercayaan bahwa penebusan dosa dan penyelamatan dosa tidak mungkin didapatkan di luar lembaga gereja.

Ajaran Luther dimukakan dalam buku-bukunya yang selesai ditulis pada tahun 1520 seperti Adress to the Christian Nobility of the German Nation, A Prelude Concerning Babylonian Captivity of the Church dan On the Freedom of a Christian. Di dalam karya-karyanya itu dengan jelas dapat ditemui pengaruh tafsir Ibrani terhadap Perjanjian Lama yang ditransformasikan dalam penafsiran baru untuk memenuhi tuntutan zamannya. Di antara tafsir Ibrani yang paling memberikan inspirasi  tokoh Reformasi ialah tafsir terhadap Kitab Ayub. Dalam tafsir terhadap bagian dari Perjanjian Lama itu dikatakan bahwa dalam kenyataan selalu terdapat konfrontasi yang sengit antara manusia dengan Tuhan. Konfrontasi itu cenderung berkepanjangan. Dalam konfrontasinya itu menusia selalu menghadap Tuhan dengan seluruh keimanannya untuk menuntut keadilan.

Dalam konfrontasinya dengan Tuhan itu,  dengan kekerasan hati dan kegairahan imannya yang penuh,  Ayub mencari pemecahan secara irasional, yaitu dengan melakukan transformasi diri secara total. Semangat Ayub dan kekuatan imannya yang mampu mengubah dirinya itu sangat menarik perhatian Martin Luther. Menurutnya kehidupan di dunia ini memerlukan orang-orang yang bermental seperti Ayub, yaitu memiliki disiplin dan iman yang tangguh, semangat untuk bekerja keras disebabkan tuntutan kewajiban. Namun bagi Barret, penafsiran yang dilakukan Luther itu hanya menghasilkan salinan yang bersahaja atas tafsir Ibrani yang sesungguhnya. Sebab apabila tafsir yang orisinal diikuti tanpa pemahaman baru, Luther dan tokoh Reformasi yang lain pasti akan meyakini bahwa  manusia ini lebih merupakan makhluq spiritual dan kejiwaan, ketimbang mahluq darah dan daging. Tetapi Luther menginsyafi, demi tuntutan zaman, bahwa manusia lebih merupakan mahkluq darah dan daging ketimbang  makhluq spiritual dan kejiwaan.

Keinsyafan ini didasarkan pada alas an bahwa kitab suci itu sendiri menyatakan bahwa Adam dicipta dari tanah, baru kemudian roh ditiupkan ke dalam jasadnya. Kisah Ayub mempertegas bahwa Tuhan sebenarnya telah meninggalkan manusia, sehingga kerinduan pada asal usul kejadiannya, yaitu tanah, lebih besar dibanding kerinduannya kepada Tuhan.

Dalam Masmur 22 dikemukakan bahwa Ayub berseru kepada Tuhannya: “Tuhanku, mengapa Kautinggalkan aku?/Aku tumpah seperti air, dan seluruh tulang belulangku lepas dari sendi-sendi tubuhku/ Hatiku meleleh seperti lilin di dalam ususku/ Kekuatanku kering seperti pecahan tembikar/ Lidahku membelah rahangku/ Dan Kau telah membawaku pergi ke dalam debu kematian!”.

Demikianlah, jika manusia merasa lebih dekat pada tanah, berarti dekat pada kebusukan dan kematian. Di seberang itu adalah ‘ketiadaan’ (nothingness) dari alam kewujudan yang tidak dikenal. Dengan begitu pula gagasan tentang ‘keabadian’ jiwa tidak lagi memusingkan kepada para pemuka gerakan Reformasi dan para pengikutnya. Yang lebih diprihatinkan oleh mereka kini ialah bagaimana menempa jiwa manusia sehingga kuat dan tangguh melawan penderitaan dan kekuatan jahat yang ada di dalam dan di luar diri mereka. Disiplin dan kerja keras diperlukan sebagai sarana untuk mengatasi keafanaan hidup dan ketakberdayaan manusia menghadapi kekuatan yang menghancurkan. Agar disiplin dan ethos kerja keras bisa dipicu, maka  ‘ruang’ kesadaran manusia perlu dibatasi kepada hal-hal yang bersifat kongkrit.

Lantas bagaimana dengan pandangan mereka tentang Tuhan? Bagi tokoh Reformasi Tuhan adalah Kekuatan Yang Tak Dikenal dan Tak Teratasi. Di hadapan-Nya manusia tidak berarti sama sekali bagaikan debu. Bagaimana agar supaya manusia berarti di dunia ini? Dengan melaksana kewajibannya yaitu bekerja keras mengubah nasibnya. Kerja keras ini adakah bayaran bagi dosa bawaannya. Ini tidak berarti bahwa mereka tidak percaya lagi kepada Tuhan. Hanya saja walaupun percaya kepada Tuhan, mereka juga insyaf bahwa Tuhan telah meninggalkan manusia sendirian di dunia ini.

Dengan anggapan seperti itu para tokoh Reformasi tidak lagi meyakini sifat-sifat imanensi Tuhan, yaitu kehadiran dan campur tangan Tuhan dalam peristiwa kemanusiaan. Perhubungan manusia dengan Tuhan bersifat personal dan kehadiran Tuhan juga bersifat personal, yaitu di dalam diri manusia yang beriman.  Ketakpercayaan pada sifat  imanensi Tuhan ini merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadi proses desakralisasi atas segala sesuatu.

Dalam pandangan baru ini, manusia yang ideal ialah manusia yang percaya diri, kongkrit, mandiri, pragmatis dan punya keterlibatan penuh dalam upaya mengatasi kefanaan wujud manusia. Gagasan Kerajaan Tuhan di bumi ditolak, begitu kepercayaan bahwa Tuhan campur tangan dalam peristiwa-peristiwa kemanusiaan. Urusan dunia, sepenuhnya, berada di tangan manusia.

Oleh karena pandangan seperti itu didasarkan atas sebuah bentuk keimanan tertentu, dan keimanan dipandang irasional oleh manusia modern, maka tampaknya tidak ada kaitan antara gerakan Reformasi ini dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan falsafah. Namun demikian ditelusuri lebih jauh akan kita jumpai titik temu antara keduanya. Titik temu itu ialah kesamaan pendekatan keduanya terhadap alam. Mereka sama-sama melakukan desakralisasi dan despiritualisasi total terhadap alam. Simbol-simbol suci alam dicampakkan. Alam dipandang hanya sebagai obyek untuk dieksplorasi dan ditaklukkan untuk memajukan industri. Pada gilirannya manusia memaksakan keinginannya agar dunia tunduk terhadap kebenaran-kebenaran yang dibuat oleh pikiran manusia sendiri, tanpa berpedoman pada kitab suci mana pun.

Demikianlah, seperti halnya falsafah dan ilmu pengetahuan yang mempengaruhi arah pikiran dan gambaran dunia manusia modern, teologi Protestan juga ikut mendorong perubahan orientasi manusia dan kebudayaannya.  Perhatian manusia pun dialihkan dari kenyataan-kenyataan yang bersifat religius dan spiritual ke arah kenyataan-kenyataan yang bersifat obyektif di luar diri manusia. Semua itu menimbulkan dampak yang tidak kecil bagi manusia modern. Despritualiasi ajaran agama dan kontekstualisasinya yang berlebihan, menimbulkan pengosongan nilai-nilai spiritual dalam jiwa manusia. Proses ini, menurut Dawson, melahirkan apa yang disebut ‘soscianisme’ , yaitu doktrin yang mengajarkan pemisahan agama dari peristiwa sejarah dan kemanusiaan.

Dari doktrin inilah lahir pandangan bahwa agama merupakan urusan pribadi dan tidak bisa dibawa terlibat ke dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik, bahkan juga ke dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. Namun apabila agama merupakan urusan pribadi, mengapa masih diperlukan adanya lembaga peribadatan seperti gereja, masjid, vihara, kuil, katedral dan sinagog?

Despiritualisasi dan Nihilisme

Memang, harus diakui bahwa gerakan Reformasi telah berhasil membawa kesadaran religius ke tingkat yang lebih tinggi dari tahap ketulusan hati ke tahap kesadaran jiwa yang gelisah dan terdorong mencari tanpa henti. Sama dengan jiwa gelisah Faust yang tidak pernah  terpuaskan jiwanya sebelum menguasai dunia, dan sama pula dengan kegigihan Ayub yang tidak kenal lelah menuntut keadilan dari Tuhan dengan sepenuh keimanannya. Dalam kenyataan, kata Oswald Spengler,  manusia modern yang merupakan perpaduan Ayub dan Faust itu ialah Martin Luther.  Ia begitu meyakini bahwa jiwa individual dan kekuasaan material yang diraihnya dapat saja tidak terbatas. Luther telah berhasil mengajarkan semangat indvidualisme dan keutamaan orientasi diri (self-oriented)  kepada manusia modern. Dia pulalah mengajarkan agar setiap manusia menjadi pendeta dan hakim bagi dirinya sendiri (Barret 1962).

Oleh karena setiap manusia bisa menjadi pendeta bagi dirinya sendiri maka ritual-ritual keagamaan tidak penting lagi dilakukan. Padahal, sekalipun bisa saja makna kerohaniannya menyusut, ritual-ritual itu tetap diperlukan, antara lain menekan bahaya yang mungkin timbul seperti gangguan terhadap keseimbangan jiwa dan kesendirian yang bisa menghampakan batin seseorang. Ritual keagamaan juga penting untuk menghindari menyebarnya sikap anti-sosial dan memupuk kebersamaan antar penganut sebuah agama yang mungkin saja berbeda etnis, latar belakang sosial dan pendidikan, dan kelompok politiknya.

Kecuali itu ajaran keagamaan yang dihembuskan para tokoh Reformasi itu mengabaikan pentingnya pemupukan kesadaran yang bertalian dengan emosi, rasa, intuisi dan keharuan estetik. Bentuk-bentuk kegiatan spiritual yang menggunakan sarana ekstase untuk menumbuhkan pengalaman keagamaan, juga dianggap sebagai keliru dan tidak bermanfaat.  Karena Tuhan dianggap telah menjauh dari kehidupan dan meninggalkan manusia, maka bentuk-bentuk spiritualitas ditampik dalam lingkungan hidup keberagamaan. Kemungkinan bahwa manusia mampu mentransendensikan dirinya melalui bentuk-bentuk spiritualitas tertentu, juga dipandang sebagai tidak ada manfaatnya.

Penyempitan  ruang bagi kesadaran manusia, yang membatasinya pada kesadaran yang dapat dierima penalaran dan kerangka keimanan yang formal legalistik, juga berbahaya apalagi jika dilakukan demi pembenaran terhadap sebuah pandangan yang dianggap rasional atau sebuah penemuan ilmiah yang belum diuji secara krit is. Memang, selama iman benar-benar teguh, semua bentuk godaan yang dapat merusak jiwa manusia bisa saja dicegahnya. Misalnya hedonisme dan bentuk-bentuk lain dari materialisme. Akan tetapi begitu manusia modern bergerak lebih maju dan lebih jauh, semua bidang kehidupan mulai dari ilmu pengetahuan sampai seni menjadi kian sekular, maka iman akan dihadapkan pada bahaya penggembosan.

Apabila kita membaca karya-karya sastra, teori-teori  ilmu dan berbagai aliran pemikiran falsafah yang berkembang di Barat sejak lebih satu setengah abad yang lalu, akan terlihat betapa persoalan kekosongan spiritual dengan berbagai manifestasinya merupakan gambaran yang disukai dan masalah serius yang perlu dipecahkan. Novel, puisi, pemikiran falsafah, teori ilmiah dan esai-esai kebudayaan seakan-akan merlomba-lomba menggambarkan renggangnya hubungan manusia dengan Tuhan, masalah alienasi dan nihilisme, manifestasinya seperti sikap anti-sosial dan anarkisme, dan banyak lagi tema lain yang membuktikan bahwa pernyataan bahwa “Tuhan telah mati!” dalam Also Spracht Zarathustra karya Nietzsche bukanlah tidak berlandaskan kenyataan.

Inilah situasi yang dialami manusia modern, baik di luar dirinya maupun jauh dalam lubuk jiwanya.  Renggangnya hubungan dengan Tuhan bertukar menjadi rapatnya hubungan manusia dengan kekosongan atau kehampaan. Ketiadaan sangkut pautnya dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh agama mana pun dan juga oleh falsafah yang didasarkan atas kebajikan moral – seperti yang diajarkan Plato, Aristoteles, Kon Fu Tze, al-Farabi dan lain-lain – menyebabkan hancurnya ukuran nilai-nilai, serta meluasnya proses pendangkalan dalam kebudayaan seperti diperlihatkan oleh homogenitas budaya pop dewasa ini.

http://ahmadsamantho.wordpress.com/2010/02/22/kebudayaan-modern-despiritualisasi-dan-nihilisme/

KEBUDAYAAN JAMBI

· Sejarah

Pada Zaman Melayu kuno, Kota Jambi mendapatkan keuntungan dari aktivitas perdagangan antara Asia Barat dan Cina, oleh karena itu Negara Cina menjadi sumber informasi mengenai latar belakang sejarah Jambi.

Pada Tahun 1460 – 1907, Jambi yang dikenal akan Kerajaan Islam dikenal sebagai Melayu II. Ratu pertama dalam kerajaan ini adalah Selaro Putri Pinang Masak didampingi oleh suaminya bernama Datuk Paduko Berhalo.

Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Kahar, colonial Belanda mendirikan perusahaan perdagangan mereka di Muara Kampeh.Namun tidak bisa bertahan lamanya pesaing asing dan penolakan dari orang-orang sekitar memaksa VOC menutup perusahaan pada tahun 1625. Ketegangan kembali berlanjut pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil, beliau harus menghadapi banyak kendala seperti persaingan dengan Sultan Johor dan tekanan dari VOC sejak ia memberikan izin perdagangan ke Portugis di Sungai Batanghari. Akhirnya, karena berada di dalam tekanan beliau harus menyetujui persetujuan perjanjian kerjasama dengan VOC ditandatangani oleh anaknya, Pangeran Ratu Raden Penulis yang kemudian menjadi pengganti beliau dan mendapat gelar Sultan Abdul Mahyu Sri Ingolongo. Suatu ketika dalam periode 1665 – 1690, Sulatan Ingolongo ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Pulau Banda. Penangkapan itu memicu aksi masyarakat dan puncaknya pada masa pemerintahan Sultan Thaha (1856 – 1904). Pada tahun 1907, Jambi sepenuhnya menyerah kepada kolonial Belanda.

Setelah Indonesia merdeka, gerakan masyarakat dan komunitas pemuda yang didirikan masyarakat Jambi untuk mendukung gerakan pemerintahan Indonesia. Namun, administrasi pemerintahan tidak berjalan mulus karena pemberontakan bergolak di seluruh daerah. Tahun 1948, provinsi Sumatera dibagi menjadi tiga dan Jambi menjadi Provinsi Sumatera Tengah. Administrasi pemerintahan mulai membaik setelah konferensi ‘Meja Bundar’. Tahun 1958, Sumatera Tengah dibagi menjadi tiga, salah satunya adalah Jambi.

· Budaya

1. Provinsi Jambi berbagai budaya tetapi pada dasarnya berdasarkan budaya Melayu salah satunya sepanjang Sungai Batanghari, masih bisa dilihat orang yang tinggal di Rumah Panggung yang terbuat dari kayu lokal.

2. Batik dan Songket Jambi memiliki karakteristik yang berbeda dari provinsi-provinsi lain di Indonesia dengan karakteristik bunga-bunga.

3. Tari Rantak Kudo disebut begitu karena gerakannya yang menghentak-hentak seperti kuda, tarian ini dilakukan untuk merayakan hasil panen pertanian di daerah Kerinci dan dilangsungkan berhari-hari tanpa henti.

4. Tari Sekapur Sirih dilakukan untuk menyambut tamu yang dihormati dan ditarikan oleh remaja putri.

5. Tari Serengkuh Dayung menggambarkan tentang perasaan searah setujuan, kebersamaan dan ditarikan oleh penari putri.

6. Tari Baselang menceritakan tentang semangat gotongroyong masyarakat desa dan ditarikan putra putrid

7. Tari Inai untuk menghibur mempelai wanita yang sedang memasang inai di malam hari, sebelum duduk di pelaminan ditarikan Putra dan Putri.

8. Tari Japin Rantau menggambarkan prikehidupan masyarakat di pesisir pantai.

· Suku

1. Suku Kubu atau Suku Anak Dalam adalah salah satu suku bangsa minoritas dan salah satu yang tertua yang hidup di pulau Sumatera, Kehidupan mereka sekarang sangat mengenaskan seiring dengan hilangnya sumber daya hutan yang berada di Jambi.

2. Suku Batin sebagian besar tinggal di wilayah sepanjang sungai tambesi, sampai saat ini Suku Batin masih mempertahankan adat istiadat berupa bangunan-bangunan tua yang disebut “Kajang Lako” karena bentuk dari bubungan rumah mirip dengan perahu.

3. Suku Kerinci

4. Suku Penghulu

· Makanan Khas

1. Tempoyak merupakan makanan yang berasal dari buah durian yang difermentasikan, dan bisa juga dibuat Gulai Tempoyak.

2. Gulai Tepe Ikan terbuat dari ikan gabus yang dihaluskan dan dicampur tepung dan telur.

3. Malbi adalah masakan gulai daging, namun memiliki citarasa manis karena dimasak dengan kecap dan sedikit gula merah.

4. Gulai Ikan Patin bisa dimasak dengan Tempoyak tetapi sebagia orang mengganti Tempoyak dengan santan kelapa untuk menghindari baud an rasa Tempoyak yang cukup menyengat.

5. Padamaran terbuat dari tepung beras, santan dan gula merah sebagai pemanis. Bahan-bahan ini kemudian ditempatkan di sebuah cup yang terbuat dari daun pisang lalu dikukus hingga matang.

6. Dendeng Batokok adalah irisan daging sapi yang direbus dalam air kelapa yang telah dibumbui bawang putih dan jahe.

7. Nasi Minyak adalah beras yang dimasak dengan susu, saus tomat, minyak samin dan rempah-rempah, Nasi Minyak biasanya disajikan pada saat acara-acara khusus.

· Tempat Wisata

1. Perkebunan Teh Kayu Aro

Perkebunan ini dirintis tahun 1925 – 1928 oleh perusahaan Belanda NV HVA, perkebunan ini tercatat sebagai perkebunan teh tertua di Indonesia. Di tengah perkebunan terdapat “Aroma Pecco” yang merupakan sebuah taman dengan sebuah kolam yang pada zaman penjajahan Belanda dulu merupakan tempat penampungan air bagi perkebunan teh.

2. Masjid Kuno Pondok Tinggi

Masjid ini dibangun secara gotong royong oleh masyarakat dusun Pondok Tinggi pada Tanggal 1 Juni 1874 dengan dinding terbuat dari anyaman bambu, tahun 1890 dindingnya diganti dengan kayu yang berukir bermotif berbagai bangsa Persia, Romawi, Mesir dan motif lokal. Pembangunannya selesai pada tahun 1902, keunikannya adalah arsitekur bangunan dengan mengikuti model masjid masa lampau.

3. Danau Kerinci

Kita dapat melihatnya dari daerah Pesanggrahan, Tanjung Hatta adalah tempat Bung Hatta menikmati panorama Danau Kerinci dan menanam pohon disana. Desa Saleman terdapat Rumah Laheik yang merupakan rumah khas Kerinci dan di sekitar Danau Kerinci terdapat sejumlah batu berukir yang diduga peninggalan manusia megalit.

4. Desa Lekuk 50 Tumbi Lempur

Suatu desa di Kabupaten Kerinci ini memiliki potensi wisata alam dan budaya yang dikelilingi oleh perbukitan dan pegunungan. Salah satu gunung yang diberi nama Gunung Betuah memiliki keunikan sebagai gunung yang sangat sulit didaki. Masyarakat lokal dan turis mancanegara sudah berupaya namun tetap belum bisa ditaklukkan.

Di daerah sekitar Gunung Betuah terdapat 5 buah Danau yang masih alami dengan karakteristik warna air dan jenis ikan yang berbeda pada tiap danaunya. Contohnya Danau Kaco, yang didalamnya bisa ditemukan Ikan Semah dan mempunyai tampilan air berwarna biru.
Di kaki Gunung Betuah juga terdapat Hutan Adat yang masyarakat lokal menyebutnya sebagai Hutan Ulu Air. Masyarakat Lempur menerapkan sanksi adat yang ketat bagi perusak Hutan Ulu Air.
Di Desa Lempur Mudik juga terdapat benteng pertahanan Depati Parbo, seorang Pahlawan Perjuangan Kerinci yang bertempur menghadang belanda dari Bengkulu. Perang ini dikenal dengan Perang Menjuto.

5. Taman Nasional Kerinci Seblat

Merupakan perwakilan ekosistem hutan hujan dataran rendah serta beberapa ekosistem yang khas, memiliki 4000 jenis tumbuhan, terdapat 42 jenis mammalia, 10 jenis reptillia, 6 jenis amphibia, 6 jenis primate dan 306 jenis burung.

6. Arum Jeram Merangin

7. Taman Nasional Bukit Dua Belas

8. Taman Nasional Bukit 30

9. Hutan Harapan

10. Kota Seberang Jambi

Kota Seberang akan dijadikan kawasan cagar budaya, karena dipisahkan oleh Sungai Batanghari memiliki banyak nilai peninggalan sejarah dan budaya masa lampau, diantaranya rumah tua yang berumur ratusan tahun yang berarsitektur China dan Melayu. Pusat kerajinan batik Jambi juga terletak disini.

11. Museum Negeri Jambi

12. Candi Muaro Jambi

13. Taman Nasional Berbak

14. Pulau Berhala

Memiliki panorama pantai pasir putih dan batuan vulkanik yang sangat indah. Terdapat pula Benteng peninggalan Jepang pada salah satu bukit di Pulau Berhala.

http://mahaga.wordpress.com/2010/09/30/kebudayaan-jambi/

7 TEKNOLOGI MASA DEPAN YANG AKAN DIWUJUDKAN


Jika anda mendengar kata TEKNOLOGI. Apa yang terbesit difikiran anda? Pastinya sebuah alat yang bisa memudahkan manusia dalam segala urusannya.
Nyatanya, arti kata Teknologi sebenarnya adalah sebuah sarana untuk menyediakan barang atau gadget yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia.
Sekarang ini sudah banyak teknologi yang berkembang di dunia, dan pastinya anda sudah menikmati itu semua. Saat ini kehidupan manusia sudah sangat tergantung dengan yang namanya teknologi mulai dari hal yang sederhana sampai hal yang kompleks sekalipun sekarang telah bergantung dengan teknologi.



Dan apakah anda pernah membayangkan bagaimana teknologi di bumi beberapa tahun ke depan??????



Coba kita bandingakan perkembangan teknologi dari masa ke masa, coba kita tengok bagaimana teknologi jaman dahulu, semua serba manual manusia pun bekerja lebih lambat, kita ambil contoh komunikasi. Untuk berkomunikasi jarak jauh,  mereka harus menulis surat dan mengirimkannya yang prosesnya juga cukup lama untuk sampai ke orang yang dituju. Sekarang bandingkan dengan teknologi jaman sekarang yang sudah lebih canggih, kita tidak perlu susah-susah menulis, sekarang sudah ada komputer dan printer yang bisa digunakan untuk mencetak bahkan hasilnya akan lebih bagus dibandingkan dengan tulisan tangan, untuk berkomunikasi manusia tidak perlu ribet mengirimkannya melalui pos yang akan memakan waktu cukup lama, sudah banyak alat yang akan mendukung manusia dalam hal komunikasi. Handphone dan internet kini sudah mendunia dan sudah umum digunakan oleh manusia di bumi bahkan sekarang ini banyak produsen alat komunikasi yang sedang berlomba-lomba untuk menciptakan alat yang lebih canggih.



Dari semua itu bisa kita simpulkan bahwa untuk teknologi untuk beberapa tahun kedepan dimungkinkan akan lebih canggih dari saat ini. Teknologi berkembang sangat cepat di dunia, berbagai teknologi telah diciptakan. Namun tahukah anda bahwa masih banyak lagi teknologi-teknologi yang ada di pikiran manusia dan bisa dibilang sebagai khayalan bahkan mustahil untuk di ciptakan.

Berikut beberapa teknologi masa depan yang sedang dikembangkan manusia :

1.Nanoteknologi





Nanoteknologi adalah teknologi masa depan yang dapat membantu manusia untuk memanipulasi partikel-partikel kecil yang hanya seukuran atom. Nanometr mempunyai ukuran 1 per semilyar meter yang mungkin sangat kecil sekali dan sulit di pegang dengan tangan kosong. Sebagai tujuannya nanoteknologi diperkirakan mampu menciptakan material-material baru di masa depan.

2.Invisible Car





Invisible Car adalah Mercedes yang baru-baru ini “show-off” kendaraan invisiblenya di youtube. Mereka mengatakan bahwa produknya tidak akan dikomersilkan setidaknya sampai tahun 2014.



3.Space Elevator




Space Elevator ini yang sedang giat-giatnya dikembangkan oleh Negara jagoan robot dunia yaitu Jepang. Ini merupakan elevator ruang angkasa dengan kabin berkapasitas 30 orang yang akan membawa manusia dari bumi menuju stasiun luar angkasa dalam waktu delapan hari.



4.Driverless Car




Teknologi-teknologi pendukung mobil tanpa pengemudi sudah ada seperti GPS, line departure warning system dan self-parking feature. Tinggal menunggu saja untuk mewujudkan driverless car tersebut.


5.Flaying Car



                                                                    
Ketika anda berada dalam situasi macet parah pasti anda akan berfikir seandainya ada mobil terbang. Dan ternyata dalam waktu dekat memang hal tersebut akan benar-benar terjadi. Perusahaan yang bernama “terrafugia” yang akan memamerkan mobil terbang mereka pada “New York Autoshow 2012”.


6.Mind reading



IBM salah satu badan komputer dunia menjanjikan bahwa lima tahun kedepan mereka akan memiliki komputer yang mampu berinteraksi dengan manusia melalui fikiran. Manusia akan memakai headset yang dapat membaca gelombang fikiran dari otak yang kemudian mengirimkannya pada komputer.

7.Scramjet






Scramjet akan terbang dengan kecepatan 10 kali kecepatan suara. Dibandingkan dengan Raptor milik Amerika yaitu pesawat tercanggih saat ini yang maksimal kecepatannya  2 kali kecepatan suara.

Jika kita sedang tinggal di New York dan ingin pergi ke Tokyo menempuh waktu yang cukup lama yaitu 18 jam (1080 menit), jika ditempuh dengan menggunakan pesawat Scramjet waktu yang ditempuh hanya 120 menit.




Teknologi memang bertujuan untuk meningkatkan kemudahan hidup manusia, akan tetapi bukan berarti kita manjadi sangat bergantung pada teknologi tersebut bahkan hingga menjadi suatu habbit dan akan menjerumuskan para manusia kedalam ketiakproduktifan karena terlalu bergantung pada yang namanya alat instan. Sebenarnya manfaat terknologi adalah untuk meningkatkan taraf dan kualitas peradaban manusia di bumi ke tingkat yang lebih baik. Oleh karena itu, harus dilandasi dengan pemikiran yang kuat agar kedepannya tidak merugikan manusia itu sendiri.







TERIMA KASIH....................!
http://tujuhteknologimasadepan.blogspot.com/