Kamis, 19 Juni 2014

KEBUDAYAAN JAMBI

· Sejarah

Pada Zaman Melayu kuno, Kota Jambi mendapatkan keuntungan dari aktivitas perdagangan antara Asia Barat dan Cina, oleh karena itu Negara Cina menjadi sumber informasi mengenai latar belakang sejarah Jambi.

Pada Tahun 1460 – 1907, Jambi yang dikenal akan Kerajaan Islam dikenal sebagai Melayu II. Ratu pertama dalam kerajaan ini adalah Selaro Putri Pinang Masak didampingi oleh suaminya bernama Datuk Paduko Berhalo.

Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Kahar, colonial Belanda mendirikan perusahaan perdagangan mereka di Muara Kampeh.Namun tidak bisa bertahan lamanya pesaing asing dan penolakan dari orang-orang sekitar memaksa VOC menutup perusahaan pada tahun 1625. Ketegangan kembali berlanjut pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil, beliau harus menghadapi banyak kendala seperti persaingan dengan Sultan Johor dan tekanan dari VOC sejak ia memberikan izin perdagangan ke Portugis di Sungai Batanghari. Akhirnya, karena berada di dalam tekanan beliau harus menyetujui persetujuan perjanjian kerjasama dengan VOC ditandatangani oleh anaknya, Pangeran Ratu Raden Penulis yang kemudian menjadi pengganti beliau dan mendapat gelar Sultan Abdul Mahyu Sri Ingolongo. Suatu ketika dalam periode 1665 – 1690, Sulatan Ingolongo ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Pulau Banda. Penangkapan itu memicu aksi masyarakat dan puncaknya pada masa pemerintahan Sultan Thaha (1856 – 1904). Pada tahun 1907, Jambi sepenuhnya menyerah kepada kolonial Belanda.

Setelah Indonesia merdeka, gerakan masyarakat dan komunitas pemuda yang didirikan masyarakat Jambi untuk mendukung gerakan pemerintahan Indonesia. Namun, administrasi pemerintahan tidak berjalan mulus karena pemberontakan bergolak di seluruh daerah. Tahun 1948, provinsi Sumatera dibagi menjadi tiga dan Jambi menjadi Provinsi Sumatera Tengah. Administrasi pemerintahan mulai membaik setelah konferensi ‘Meja Bundar’. Tahun 1958, Sumatera Tengah dibagi menjadi tiga, salah satunya adalah Jambi.

· Budaya

1. Provinsi Jambi berbagai budaya tetapi pada dasarnya berdasarkan budaya Melayu salah satunya sepanjang Sungai Batanghari, masih bisa dilihat orang yang tinggal di Rumah Panggung yang terbuat dari kayu lokal.

2. Batik dan Songket Jambi memiliki karakteristik yang berbeda dari provinsi-provinsi lain di Indonesia dengan karakteristik bunga-bunga.

3. Tari Rantak Kudo disebut begitu karena gerakannya yang menghentak-hentak seperti kuda, tarian ini dilakukan untuk merayakan hasil panen pertanian di daerah Kerinci dan dilangsungkan berhari-hari tanpa henti.

4. Tari Sekapur Sirih dilakukan untuk menyambut tamu yang dihormati dan ditarikan oleh remaja putri.

5. Tari Serengkuh Dayung menggambarkan tentang perasaan searah setujuan, kebersamaan dan ditarikan oleh penari putri.

6. Tari Baselang menceritakan tentang semangat gotongroyong masyarakat desa dan ditarikan putra putrid

7. Tari Inai untuk menghibur mempelai wanita yang sedang memasang inai di malam hari, sebelum duduk di pelaminan ditarikan Putra dan Putri.

8. Tari Japin Rantau menggambarkan prikehidupan masyarakat di pesisir pantai.

· Suku

1. Suku Kubu atau Suku Anak Dalam adalah salah satu suku bangsa minoritas dan salah satu yang tertua yang hidup di pulau Sumatera, Kehidupan mereka sekarang sangat mengenaskan seiring dengan hilangnya sumber daya hutan yang berada di Jambi.

2. Suku Batin sebagian besar tinggal di wilayah sepanjang sungai tambesi, sampai saat ini Suku Batin masih mempertahankan adat istiadat berupa bangunan-bangunan tua yang disebut “Kajang Lako” karena bentuk dari bubungan rumah mirip dengan perahu.

3. Suku Kerinci

4. Suku Penghulu

· Makanan Khas

1. Tempoyak merupakan makanan yang berasal dari buah durian yang difermentasikan, dan bisa juga dibuat Gulai Tempoyak.

2. Gulai Tepe Ikan terbuat dari ikan gabus yang dihaluskan dan dicampur tepung dan telur.

3. Malbi adalah masakan gulai daging, namun memiliki citarasa manis karena dimasak dengan kecap dan sedikit gula merah.

4. Gulai Ikan Patin bisa dimasak dengan Tempoyak tetapi sebagia orang mengganti Tempoyak dengan santan kelapa untuk menghindari baud an rasa Tempoyak yang cukup menyengat.

5. Padamaran terbuat dari tepung beras, santan dan gula merah sebagai pemanis. Bahan-bahan ini kemudian ditempatkan di sebuah cup yang terbuat dari daun pisang lalu dikukus hingga matang.

6. Dendeng Batokok adalah irisan daging sapi yang direbus dalam air kelapa yang telah dibumbui bawang putih dan jahe.

7. Nasi Minyak adalah beras yang dimasak dengan susu, saus tomat, minyak samin dan rempah-rempah, Nasi Minyak biasanya disajikan pada saat acara-acara khusus.

· Tempat Wisata

1. Perkebunan Teh Kayu Aro

Perkebunan ini dirintis tahun 1925 – 1928 oleh perusahaan Belanda NV HVA, perkebunan ini tercatat sebagai perkebunan teh tertua di Indonesia. Di tengah perkebunan terdapat “Aroma Pecco” yang merupakan sebuah taman dengan sebuah kolam yang pada zaman penjajahan Belanda dulu merupakan tempat penampungan air bagi perkebunan teh.

2. Masjid Kuno Pondok Tinggi

Masjid ini dibangun secara gotong royong oleh masyarakat dusun Pondok Tinggi pada Tanggal 1 Juni 1874 dengan dinding terbuat dari anyaman bambu, tahun 1890 dindingnya diganti dengan kayu yang berukir bermotif berbagai bangsa Persia, Romawi, Mesir dan motif lokal. Pembangunannya selesai pada tahun 1902, keunikannya adalah arsitekur bangunan dengan mengikuti model masjid masa lampau.

3. Danau Kerinci

Kita dapat melihatnya dari daerah Pesanggrahan, Tanjung Hatta adalah tempat Bung Hatta menikmati panorama Danau Kerinci dan menanam pohon disana. Desa Saleman terdapat Rumah Laheik yang merupakan rumah khas Kerinci dan di sekitar Danau Kerinci terdapat sejumlah batu berukir yang diduga peninggalan manusia megalit.

4. Desa Lekuk 50 Tumbi Lempur

Suatu desa di Kabupaten Kerinci ini memiliki potensi wisata alam dan budaya yang dikelilingi oleh perbukitan dan pegunungan. Salah satu gunung yang diberi nama Gunung Betuah memiliki keunikan sebagai gunung yang sangat sulit didaki. Masyarakat lokal dan turis mancanegara sudah berupaya namun tetap belum bisa ditaklukkan.

Di daerah sekitar Gunung Betuah terdapat 5 buah Danau yang masih alami dengan karakteristik warna air dan jenis ikan yang berbeda pada tiap danaunya. Contohnya Danau Kaco, yang didalamnya bisa ditemukan Ikan Semah dan mempunyai tampilan air berwarna biru.
Di kaki Gunung Betuah juga terdapat Hutan Adat yang masyarakat lokal menyebutnya sebagai Hutan Ulu Air. Masyarakat Lempur menerapkan sanksi adat yang ketat bagi perusak Hutan Ulu Air.
Di Desa Lempur Mudik juga terdapat benteng pertahanan Depati Parbo, seorang Pahlawan Perjuangan Kerinci yang bertempur menghadang belanda dari Bengkulu. Perang ini dikenal dengan Perang Menjuto.

5. Taman Nasional Kerinci Seblat

Merupakan perwakilan ekosistem hutan hujan dataran rendah serta beberapa ekosistem yang khas, memiliki 4000 jenis tumbuhan, terdapat 42 jenis mammalia, 10 jenis reptillia, 6 jenis amphibia, 6 jenis primate dan 306 jenis burung.

6. Arum Jeram Merangin

7. Taman Nasional Bukit Dua Belas

8. Taman Nasional Bukit 30

9. Hutan Harapan

10. Kota Seberang Jambi

Kota Seberang akan dijadikan kawasan cagar budaya, karena dipisahkan oleh Sungai Batanghari memiliki banyak nilai peninggalan sejarah dan budaya masa lampau, diantaranya rumah tua yang berumur ratusan tahun yang berarsitektur China dan Melayu. Pusat kerajinan batik Jambi juga terletak disini.

11. Museum Negeri Jambi

12. Candi Muaro Jambi

13. Taman Nasional Berbak

14. Pulau Berhala

Memiliki panorama pantai pasir putih dan batuan vulkanik yang sangat indah. Terdapat pula Benteng peninggalan Jepang pada salah satu bukit di Pulau Berhala.

http://mahaga.wordpress.com/2010/09/30/kebudayaan-jambi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar